Oleh : Ika Puspitasari
From Ibrah Magazine

Selama ini jika kita mendengar kata penyakit kanker, maka kita langsung miris. Beberapa orang bahkan berusaha menghindari pembahasan/diskusi tentang penyakit ini saking takutnya. Namun, suka tak suka terjadinya penyakit kanker ini makin meningkat saja seiring dengan bergesernya gaya hidup manusia, termasuk di dalamnya pola makan, pola hubungan seksual, serta maraknya bahan tambahan makanan, minuman maupun kosmetika yang ikut memicu kanker.

Oleh karenanya, sayang sekali jika karena ketakutan membuat kita tidak mau tahu yang akhirnya membawa kepada antipati terhadap penyakit yang jelas-jelas merupakan pembunuh yang ganas (sesuai namanya). Padahal beberapa kanker, malah dapat dicegah dengan berbagai cara termasuk pemberian vaksinasi antikanker tertentu.

Apa itu kanker?

Kanker adalah bentuk pertumbuhan sel-sel dalam tubuh (khususnya dimulai di bagian organ tertentu yg rentan) yang abnormal. Keabnormalan kanker antara lain tercermin dari adanya kemampuan tumbuh sel yang tidak terbatas. Pada sel normal,terdapat suatu mekanisme jika sel telah mencapai besar dan jumlah tertentu, maka akan ada sinyal yang menghambat pertumbuhan sel lebih lanjut dan lebih banyak. Selain itu pada sel normal terdapat kemampuan mengenali kontak dengan sel lain (kontak permukaan sel), sehingga sel akan menghentikan diri, tidak membelah secara intensif lagi karena adanya tegangan permukaan/kontak permukaan dengan sel lain. Namun pada sel kanker, kemampuan membelah sel sangat besar (ploriferasi=memperbanyak diri).

Bagaimana kanker terjadi?

Proses awal dimulai dengan tahap preinisiasi yakni masuknya pemicu (bisa radikal bebas dari mana saja = makanan, minuman, kosmetik, bahan aditif, lingkungan). Bahan-bahan yang memicu kanker disebut senyawa karsinogenik. Contohnya ada pada table 1.

 

Tabel 1. Bahan karsinogenik yang mungkin masuk dalam tubuh

Bahan karsinogenik Sumber Kemungkinan jenis kanker
Ultraviolet A, B Sinar matahari Melanoma/kanker kulit
Nitrosamin Aditif natrium nitrit pada sosis dan kornet (pewarna merah daging), sate/BBQ Kanker (umum)
Benzo(a)piren Rokok Kanker paru-paru
Rhodamin B Pewarna kertas tetapi ditambahkan pada makanan, minuman, kosmetika (warna merah) Kanker kulit, kanker (umum)
Human Papiloma Virus (HPV) Lingkungan khususnya hubungan seksual Kanker leher rahim

 

Masuknya bahan karsinogenik akan memicu terjadinya mutasi genetic dalam DNA. Terjadilah proses inisiasi. Proses ini akan terus terjadi seiring pertumbuhan dan pembelahan sel, maka sampailah pada tahap proliferasi. Dengan banyaknya sel abnormal, dibutuhkan banyak nutrisis dan oksigen, maka sel kanker memiliki kemampuan membentuk pembuluh darah baru (angiogenesis). Angiogenesis selain berfungsi sebagai suplai bahan utama bagi pertumbuhan sel, namun juga berfungsi sebagai proses penyebaran kanker ke sel-sel di organ lain karena sel kanker mampu menyebar ikut bersama aliran darah (angiogenesis) dan juga pembuluh limfa (limfogenesis). Kedua penyebaran ini disebut metastase.

Pada tahap pre dan inisiasi bias jadi sel abnormal tidak tumbuh secara ganas, hanya sebagai tumor (benign). Namun bila telah tumbuh secara tak terbatas dan ada keganasan, maka disebut sebagai sel kanker (malign). Begitu pula daya imunitas tubuh, mungkin sekali mampu menghambat pertumbuhan sel abnormal, sehingga tidak muncul baik sebagai tumor apalagi kanker.

Ca cervix?

Kanker yang terjadi pada sel-sel di saluran leher rahim, dikenal sebagai Kanker servik. Walaupun di dunia kemampuan kanker ini sebagai pembunuh belum mengungguli kanker paru-paru, namun tetap menjadi perhatian dunia karena angka kejadian yang makin meningkat tajam. Di salah satu state di Australia, setidaknya dilaporkan ada 85 penderita kanker servik ini tiap tahun, dan 40 pasien tersebut meninggal. Sayangnya data di
Indonesia belum tersedia, padahal boleh jadi angka kejadiannya tidak sedikit. Kanker servik disebabkan oleh HPV, suatu virus yang memiliki doble stranded DNA yang kecil namun memiliki protein kapsid. Terakhir dilaporkan kapsid yang terpenting adalah jenis L1.

Sumber penularan utama (75%) adalah hubungan seksual. HPV menyerang mulai adanya kematangan seksual, mulai anak umur 9 tahun hingga lansia umur 70 tahun. Berarti begitu ada kontak seksual, sangat mungkin selama hidup seorang wanita masih berada dalam ancaman HPV.

Gejala-gejala

Pada beberapa penderita, tidak muncul gejala yang berarti (asimtomatis). Namun beberapa gejala mengarah kepada infeksi HPV yang berkembang menjadi kanker servik antara lain yang patut diwaspadai :

  • timbulnya rasa sakit setelah berhubungan intim
  • adanya perdarahan pasca coitus
  • timbulnya lendir yang lebih banyak dan berbau di jalan lahir
  • timbulnya perdarahan setelah hubungan badan pada pasangan yang telah menopause

Oleh karena gejala mudah dikenali pasca hubungan seksual, maka disaranka kepada pasangan yang telah menopause untuk tetap melakukan hubungan seksual. Bisa jadi munculnya kanker telah lama sebelum mencapai menopause, maka dengan masik aktifnya pasangan lansia secara seksual, akan memudahkan deteksi kanker jenis ini.

HPV yang menyerang khususnya tipe 6, 11, 16 dan 18.

Deteksi dini.

Hingga saat ini deteksi dini kanker akan sangat membantu keberhasilan terapi kanker. Termasuk pada kanker servik ini. Salah satu metode deteksi dini yang telah dipakai lebih dari 60 tahun adalah Pap smear test. Metode deteksi dengan mengambil apus servik ini diperkenalkan pertama kali oleh dr George Papanicolou di tahun 1943, oleh karena itu disebut Pap test sebagai singkatan dari nama penemunya ini. Metode ini cukup sensitive dan spesifik dibandingkan dengan metode lain seperti fluoresen, IR dan cervicograph.

Pap test sebaiknya dilakukan tiap 2 tahun sekali, kecuali dalam kasus khusus harus dilakukan lebih sering (missal pemakai IUD). Sejak seorang wanita telah aktif secara seksual, maka harus segera melakukan test ini. Dokter akan mengambil sel di servik dengan menggunakan speculum untuk membuka servik, dan spatula untuk mengambil apus servi. Sel kemudian ditempatkan di gelas obyek, untuk diperiksa secara mikroskopi. Beberapa kemungkinan dalam pap tes : unsatisfactory (maka harus dilakukan ulangan setelah 6 minggu), ditemukan infeksi/inflamasi, atau adanya atypia. Maka sebaiknya untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang memuaskan, harus dilakukan sekitar 1-2 minggu setelah menstruasi selesai. Pada saat pengambilan specimen, memang ada sedikit rasa tidak nyaman dan nyeri. Namun janganlah hal ini menjadikan ketakutan bagi kaum wanita, karena mengingat bergunanya tes ini demi kelangsungan hidup kita. Lebih nyaman bila dilakukan oleh dokter obsgyn wanita dan yang kiat telah mengenal baik.

Pencegahan

Tidak pada semua jenis kanker dapat dilakukan tindakan pencegahan yang berarti. Namun dalam kanker servik ini, adanya vaksinasi akan mampu menurunkan resiko terjadinya kanker ini 50%. Sejak tahun 1991 telah dilakukan penelitian sekitar 20 jenis vaksin untuk kanker servik ini. Salah satu yang sudah mulai lolos klinikal trial/uji klinik adalah Gardasil. Di beberapa Negara di Eropa vaksin ini dibuat oleh beberapa pabrik obat yang berbeda antara lain Glaxo. Namun pemakaian kondom tetap harus dikampanyekan sebagai salah satu upaya pencegahan juga., selain tentunya anjura untuk tidak berganti pasangan dalam hubungan seksual.

Apakah Gardasil?

Gardasil adalah nama patent dari obat yang dibuat dari virus like particles (VLPs) capsid L1 dari HPV, yang telah dimurnikan secara qualified. Protein ini dibuat secara fermentasi dengan teknologi rekombinan menggunakan ragi Saccharomyces cerevisae. Obat ini berbentuk suspensi 0,5 ml berisi 20ug type 6, 40ug tipe 11 dan 16, 20 ug tipe 18. Diyakini vaksin ini mampu menurunkan lebih dari 75% kasus kanker servik yang diduga melibatkan humoral immune respon sebagai mekanisme aksinya.

Di Australia ini, mulai tahun 2007 vaksinasi gardasil akan diwajibkan untuk gadis umur 9 tahun hingga 26 tahun sebagai upaya menekan angka kejadian melalui tindakan preventif. Jadi vaksin ini bukan sebagai terapi, dan pada wanita berumur lebih dari 26 tahun tidak efektif. Vaksinasi dilakukan 2 kali, yakni 1 bulan dan 5 bulan setelah tindakan pertama kali vaksinasi diberikan. Rencananya vaksin ini gratis untuk gadis 9 tahun hingga 26 tahun di seluruh Australia.

TIP

Oleh karena itu bila dalam keluarga masih ada gadis umur 9-26 tahun sebaiknya ikutkanlah dalam program vaksinasi Gardasil. Dan bagi wanita yang telah aktif secara seksual/menikah, segeralah dan rutinlah melakukan pap smear test, diikuti dengan tindakan mengurangi konsumsi atau kontak dengan bahan karsinogen.

Kanker Leher Rahim

 

Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan penyebab kematian akibat kanker yang terbesar bagi wanita di negara-negara berkembang. Secara global terdapat 600.000 kasus baru dan 300.000 kematian setiap tahunnya, yang hampir 80% terjadi di negara berkembang. Fakta-fakta tersebut membuat kanker leher rahim menempati posisi kedua kanker terbanyak pada perempuan di dunia, dan menempati urutan pertama di negara berkembang. Saat ini, kanker leher rahim menjadi kanker terbanyak pada wanita Indonesia yaitu sekitar 34% dari seluruh kanker pada perempuan dan sekarang 48 juta perempuan Indonesia dalam risiko mendapat kanker leher rahim.

Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim yaitu bagian rahim yang menghubungkan rahim bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata kejadian kanker leher rahim adalah 52 tahun, dan distribusi kasus mencapai puncak 2 kali pada usia 35-39 tahun dan 60 – 64 tahun.

Kanker leher rahim sendiri merupakan keganasan yang dapat dicegah karena :

  1. Memiliki masa preinvasif (sebelum menjadi keganasan) yang lama
  2. Pemeriksaan sitologi (sel) untuk mendeteksi dini kanker leher rahim sudah tersedia
  3. Terapi lesi preinvasif (bibit keganasan) cukup efektif


Gambar 1. Lokasi Kanker Leher Rahim

 Faktor risiko

  1. Ras

Pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari Amerika Hispanik. Sedangkan untuk ras Asia-amerika memiliki angka kejadian yang sama dengan warga Amerika. Hal ini berkaitan dengan faktor sosioekonomi

  1. Faktor seksual dan reproduksi

Hubungan seksual pertama kali sebelum usia 16 tahun berkaitan dengan peningkatan risiko kanker leher rahim 2 kali dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun. Kanker leher rahim juga berkaitan dengan jumlah partner seksual. Semakin banyak partner seksual maka semakin meningkat risiko kanker leher rahim. Peningkatan paritas (jumlah kehamilan) juga merupakan faktor risiko kanker leher rahim

  1. Merokok

Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko meningkat 2 kali dengan risiko tertinggi didapatkan pada orang yang merokok dalam jangka waktu lama dengan intensitas yang tinggi (jumlah yang banyak)

  1. Kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan risiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Penggunaan metode kontrasepsi barrier (penghalang), terutama yang menggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka kejadian kanker leher rahim yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap agen penyebab infeksi

  1. Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh)

Pada wanita imunokompromise  (penurunan kekebalan tubuh) seperti transplantasi ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi invasif (tidak ganas menjadi ganas)

  1. Infeksi HPV (Human Papilloma Virus)

Penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa infeksi HPV terdeteksi menggunakan penelitian molekular pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV adalah penyebab mutasi neoplasma (perubahan sel normal menjadi sel ganas). Terdapat 138 strain HPV yang sudah diidentifikasi, 30 diantaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Dari sekian tipe HPV yang menyerang anogenital (dubur dan alat kelamin), ada 4 tipe HPV yang biasa menyebabkan masalah di manusia seperti 2 subtipe HPV dengan risiko tinggi keganasan yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukan pada 70% kanker leher rahim serta HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan 90% kasus genital warts (kutil kelamin)

Skrining

Pemeriksaan secara berkala bagi seluruh wanita terutama yang memiliki faktor risiko menggunakan Pap smear adalah cara yang efektif untuk mendeteksi dini kanker leher rahim dan penanganan lebih awal serta adekuat. Selain pap smear, metode lain adalah inspeksi visual dengan asam asetat (VIA) atau dengan Lugol’s Iodine (VILI) serta HPV-hybrid capture. Tes tersebut mudah dilakukan dan memiliki hasil yang efektif. Skrining dilakukan 3 tahun setelah aktif secara seksual dan diulangi setiap tahunnya.

Gambar 2. Pemeriksaan Pap Smear untuk deteksi dini kanker leher rahim

Tanda dan Gejala

Gejala paling umum dari kanker leher rahim adalah perdarahan abnormal dari vagina atau flek (bercak) vagina. Perdarahan abnormal ini terutama terjadi setelah berhubungan seksual,  namun dapat muncul juga perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, menoragia, atau bercak / perdarahan postmenopause. Bila perdarahan berlangsung dalam jangka waktu lama maka pasien dapat mengeluh lelah dan lemas karena anemia yang dialaminya.  Bercak kekuningan yang encer diikuti dengan bau amis dapat merupakan tanda-tanda keganasan. Gejala biasanya baru muncul ketika sel yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya.

Pada stadium lanjut, pasien dapat mengeluh bercak vagina yang berbau, penurunan berat badan, dan obstruksi (sumbatan) dalam berkemih.  Apabila kanker sudah menyebar ke panggul maka nyeri punggung dapat terjadi diikuti dengan hambatan dalam berkemih serta hidronefrosis (pembesaran ginjal).  Gejala kandung kemih maupun rektum (hematuri <kencing berdarah>, hematoschezia < BAB berdarah>, fistula) dapat berhubungan dengan penyebaran ke kandung kemih serta rektum pada tumor invasif.

Untuk menjadi kanker serviks dibutuhkan waktu sampai belasan tahun. Lesi (luka atau tanda) dini pada kanker leher rahim dapat berupa lesi indurasi (keras) ataupun ulserasi (luka bernanah), atau daerah yang sedikit elevasi (meninggi) dan bergranul yang mudah berdarah bila disentuh.

Penyebaran penyakit

Kanker leher rahim dapat menyebar ke berbagai macam organ. Diantaranya ke kelenjar getah bening, vagina, kandung kemih, rektum, endometrium (selaput dinding rahim), dan ovarium (indung telur). Masing-masing memberikan gejala yang berbeda-beda. Penyebaran kanker leher rahim pada umumnya melalui peredaran kelenjar getah bening, penyebaran melalui peredaran darah jarang terjadi.

Stadium

International of Gynecology and Obstetrics (FIGO) staging system digunakan untuk evaluasi dan diagnosis dari kanker leher rahim berdasarkan gejala yang terjadi.

Stadium berdasarkan FIGO :

Stadium I. Kanker leher rahim hanya terdapat pada daerah leher rahim (serviks)

  • Stadium IA. Kanker invasive didiagnosis melalui mikroskopik (menggunakan mikroskop), dengan penyebaran sel tumor mencapai lapisan stroma tidak lebih dari kedalaman 5 mm dan lebar 7 mm
    • Stadium IA1. Invasi lapisan stroma sedalam 3 mm atau kurang dengan lebar 7 mm atau kurang
    • Stadim IA2. Invasi stroma antara 3- 5 mm dalamnya dan dengan lebar 7 mm atau kurang
  • Stadium IB. tumor yang terlihat hanya terdapat pada leher rahim atau dengan pemeriksaan mikroskop lebih dalam dari 5 mm dengan lebar 7 mm
    • Stadium IB1. Tumor yang terlihat sepanjang 4 cm atau kurang
    • Stadium IB2. Tumor yang terlihat lebih panjang dari 4 cm

Stadium II. Kanker meluas keluar dari leher rahim namun tidak mencapai dinding panggul. Penyebaran melibatkan vagina 2/3 bagian atas.

  • Stadium IIA. Kanker tidak melibatkan jaringan penyambung (parametrium) sekitar rahim, namun melibatkan 2/3 bagian atas vagina
  • Stadium IIB. Kanker melibatkan parametrium namun tidak melibatkan dinding samping panggul

Stadium III. Kanker meluas sampai ke dinding samping panggul dan melibatkan 1/3 vagina bagian bawah. Stadium III mencakup kanker yang menghambat proses berkemih sehingga menyebabkan timbunan air seni di ginjal dan berakibat gangguan ginjal

  • Stadium IIIA. Kanker melibatkan 1/3 bagian bawah vagina namun tidak meluas sampai dinding panggul
  • Stadium IIIB. Kanker meluas sampai dinding samping vagina yang menyebabkan gangguan berkemih sehingga berakibat gangguan ginjal

Stadium IV. Tumor menyebar sampai ke kandung kemih atau rectum, atau meluas melampaui panggul

  • Stadium IVA. Kanker menyebar ke kandung kemih atau rectum
  • Stadium IVB. Kanker menyebar ke organ yang jauh

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan radiologi dada, ginjal, dan tulang, serta biopsi.

Gambar 3. Biopsi Kerucut pada Serviks (leher rahim)

Terapi

Operasi dan terapi radiasi adalah 2 modalitas utama di dalam penanganan kanker leher rahim invasif. Pada umumnya, operasi terbatas pada pasien dengan stadium I dan IIA, sementara radiasi dapat dilakukan pada semua stadium dari penyakit. Kemoterapi merupakan penanganan pada pasien dengan stadium IVB atau mereka dengan kanker yang rekuren (sering kambuh) yang tidak dapat dilakukan terapi radiasi maupun operasi. Masing-masing stadium memiliki pilihan terapi utama yang dilakukan.

Pencegahan dan Deteksi Dini

Tidak seperti Penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya yang menyebar melalui cairan tubuh, HPV merupakan virus yang menyebar melalui kontak dari kulit ke kulit, karena itu penggunaan kondom tidak sepenuhnya efektif karena kondom tidak meliputi seluruh area kulit dimana HPV dapat ditemukan.

Deteksi dini terutama adalah melakukan pemeriksaan skrining secara teratur 1 tahun sekali untuk mengetahui lesi prekanker. Pencegahan yang dilakukan adalah menghindari faktor risiko diatas.

Vaksin HPV

Vaksin HPV saat ini sudah digunakan untuk mencegah kanker leher rahim dan kutil kelamin karena HPV. Vaksin tersebut bekerja dengan cara melindungi dari 4 tipe HPV yang paling sering menyebabkan penyakit, yaitu tipe 6, 11, 16, dan 18, tipe yang menyebabkan 70% kanker leher rahim dan 90% kutil kelamin. Vaksin tersebut dikeluarkan oleh U.S.Foods and Drugs Administration (FDA) pada tahun 2006 dan sudah dinyatakan aman untuk wanita berusia 9 – 26 tahun.

Vaksin diberikan dalam 3 dosis dalam periode 6 bulan yaitu pemberian awal, 2, dan 6 bulan berikutnya. Belum diketahui keefektifannya pada wanita yang hanya menerima 1 atau 2 dosis saja. Karena ini sangat penting diberikan 3 dosis penuh untuk para wanita. Keefektifan vaksin HPV menurut penelitian diperkirakan selama 5 tahun, seberapa lama vaksin ini dapat memberikan efek perlindungan masih belum jelas.

Sebaiknya vaksin diberikan sebelum kontak seksual pertama atau sebelum wanita terekspos dengan HPV. Hal ini disebabkan karena vaksin mencegah penyakit pada wanita yang belum terkena satu atau beberapa tipe HPV yang dapat dilindungi oleh vaksin. Vaksin ini tidak bekerja terlalu efektif pada wanita yang sudah memiliki virus HPV di dalam tubuhnya sebelum menerima vaksin. Efek samping paling umum adanya nyeri ketika disuntikkan.

Vaksin ini belum direkomendasikan pada wanita hamil karena masih sedikit informasi mengenai keamananya pada wanita hamil. Vaksin HPV ini hanya bersifat melindungi dari paparan yang belum terjadi, dan bukan untuk mengobati. Skrining tetap diperlukan setelah memperoleh vaksin HPV karena vaksin tidak melindungi untuk semua tipe HPV.

Gambar 4. Gardasil, Vaksin HPV